KOMPAS.com - Popularitas Batik di kancah internasional
sifatnya masih hilang dan hadir, setidaknya sudah dikenal, tetapi itu
saja belum cukup untuk melestarikan dan mempopulerkan kain warisan
nusantara ini. "Tak cukup dikenal dan dipopulerkan saja, tapi rasanya
semua tujuan desainer batik adalah ingin batik Indonesia juga dipakai
oleh orang-orang di negaranya masing-masing," ungkap desainer Bai
Soemarlono sesaat setelah fashion show-nya di Lucy in The Sky, SCBD, Jumat (27/09/2013) lalu.
Perkembangan
batik di Berlin, diakui Bai, cukup pesat. Yang mereka sukai dari batik
adalah detail dan motifnya yang unik dan klasik. Banyak penduduk Jerman
yang tertarik dan suka dengan batik, namun sayang menemukan busana
berbahan dasar batik sangat sulit disana. Tak cuma itu, gaya baju batik
juga dianggap kurang sesuai dengan gaya busana Eropa yang modern.
"Pada dasarnya, anak-anak gaul di Berlin ini suka dengan busana yang individual dan edgy," paparnya. Selain itu, orang Berlin juga termasuk orang yang punya gaya berbusana yang individual, kasual, smart dan cool.
Bai
menambahkan bahwa, kebanyakan mereka tidak suka menggunakan baju dari
rumah mode terkenal dan mahal. Justru sebaliknya mereka adalah petualang
fashion yang suka berkreasi dengan harga baju yang murah, namun saat dipadupadankan terlihat modis dan gaul.
Desainer
yang masih bolak-balik Jakarta-Berlin, untuk mengembangkan rumah mode
batik Populo ini, juga mengungkapkan bahwa sekarang gaya busana yang
tengah tren di Jerman adalah paired one. Maka untuk
memfasilitasi keinginan masyarakat Jerman dan bagian dunia lainnya akan
batik, ia menyarankan ada baiknya untuk melihat gaya berbusana
masyarakat negara setempat. Akan tetapi ini tak berarti membuat Anda
menghilangkan ciri khas desain dan keindahan batik yang legendaris.